Fenomena Panti Pijat Plus-Plus merupakan hal yang sangat sering disorot tapi ga pernah bisa untuk dibasmi, kenyataannya adalah Panti Pijat Plus-Plus sekarang ini rupanya menggunakan sistem jemput bola agar usaha yang digeluti ini bisa tetap rame pengunjung, se-rame Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 dan sistem jemput bola yang saat ini saya perhatikan beberapa tahun belakangan ini berupa facebook (haiyah salah!!!) tapi iklan-iklan di surat kabar baik itu lokal ataupun nasional. Pada iklan-iklan tersebut biasanya berbentuk penawaran perseorangan (wanita atau pria) atau bisa dibilang mereka tidak tergabung pada sebuah panti pijat tertentu yang sering kita lihat di jalan-jalan. Oleh karena sistem Pijat Plus-Plus ini bisa dipastikan kalau service (baca: layanan) mereka lebih mengarah ke Pijat Private. Untuk membuktikan kalo iklan pijat-pijat yang beredar di surat kabar berisikan
Dari sinilah bisa dipastikan kalo bisnis daging amis tapi enak itu telah merambah ke media massa dengan bersembunyi di balik iklan baris layanan pijat-memijat. Yang agak mengherankan saya adalah meskipun panti pijat plus-plus itu bertaburan banyak sekali seperti jamur di kota besar tapi rupanya Pijat Plus-Plus secara private ini tidak berubah menjadi sepi. Hal ini dikarenakan beberapa pelanggan adalah tipe pemalu atau ga mau datang ke panti pijat dengan alasan takut ketauan tetangga atau istrinya, makanya mereka lebih memilih menelpon jasa pemijat plus-plus yang banyak beredar di media massa itu. Yach memang fenomena Pijat Plus-Plus dengan menggunakan iklan di media massa belum menjadi perhatian serius dari bapak polisi tapi semoga suatu saat pijat plus-plus yang ber-tarif antara Rp. 70.000 sampai Rp. 300.000 ini bisa tersentuh oleh aparat tanpa proses birokrasi yang berbelit-belit.
